Fenomena
gaib Kanjeng Ratu Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan sangat terkenal di jagat
mistik Nusantara. Beragam versi cerita sudah banyak dikemukakan. Bahkan
diangkat ke layar lebar.
Sejumlah
saksi yang pernah melihat sosoknya banyak dipaparkan. Tetapi siapakah
sebenarnya perempuan yang ditahbiskan sebagai Penguasa Laut Selatan itu?
Misteri mencoba menyusuri beberapa informasi yang terkait dengannya.
1.
Legenda
Ada 2
versi cerita/legenda mengenai keberadaan Kanjeng Ratu Roro Kidul yaitu: Pertama,
cerita tentang Kanjeng Ratu Roro Kidul yang berasal dari manusia, kemudian
masuk ke alam gaib (jin).
Dikisahkan
bahwa Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah puteri seorang raja dari isteri pertama.
Suatu ketika terjadi intrik dalam kerajaan yang dipicu oleh kecemburuan
isteri-isteri raja yang lebih muda. Akibatnya, Kanjeng Ratu Roro Kidul dan
ibunya diserang suatu penyakit aneh (teluh/santet) dan diusir dari
kerajaan. Si ibu menemui ajal, sedangkan Roro Kidul mencari kesembuhan dengan
berdiam di kawasan pantai selatan. Disini, ia berjumpa dengan jin penguasa laut
yang menjanjikan kesembuhan penyakitnya tetapi dengan syarat Roro Kidul harus
ikut ke dalam kerajaan lautnya. Roro Kidul menyanggupinya. Selanjutnya, Kanjeng
Ratu Roro Kidul diangkat menjadi ratu setelah penguasa sebelumnya meninggal.
Uniknya,
asal usul daerah Roro Kidul itu juga beragam. Ada yang mengisahkan, Roro Kidul
berasal dari tanah Jawa. Tetapi ada juga cerita Kanjeng Ratu Roro
Kidul itu adalah kakak dari Saribu Raja yang merupakan keturunan Raja Batak.
Nama asli Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah Biding Laut.
Kedua, cerita rekaan buatan manusia.
Cerita ini berkaitan dengan kisah Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram.
Dikisahkan, ketika Sultan Agung berkuasa, dia berharap agar rakyatnya hidup
tentram dan tidak berniat melakukan pemberontakan sebagaimana pernah dialami
kerajaan-kerajaan pendahulunya seperti Singosari, Majapahit, Demak, dll.
Didorong untuk mencegah terjadinya pemberontakan itulah Sultan Agung
mengeluarkan maklumat seputar kebesaran Kerajaan Mataram.
Sultan
Agung mengklaim bahwa kekuasaannya bukan hanya meliputi tanah Jawa melainkan
mencakup lautannya. Agar supaya klaimnya menjadi logis, maka Sultan Agung
memaklumkan pula bahwa dia menjalin kerjasama dengan Kanjeng Ratu Roro Kidul,
Penguasa Laut Selatan.
Strategi
ini cukup jitu mengingat budaya dan tradisi Jawa yang kental dengan aroma
mistik. Bahkan beredar pula cerita bahwa pada bulan Suro (Muharram), masyarakat
tanah Jawa dilarang mengadakan pesta atau hajatan, karena di bulan itu Kanjeng Ratu
Roro Kidul sedang menyelenggarakan hajatan di kerajaan lautnya. Padahal alasan
sesungguhnya karena di bulan Suro itu penguasa Mataram mengadakan pesta,
seperti pernikahan kerabat kerajaan.
2.
Penuturan 2 orang saksi yang pernah bertemu Kanjeng Ratu Roro Kidul
Pertama,
kesaksian Abdul (20
thn), warga Lomanis, Cilacap.
Suatu
ketika, ia sedang bersantai di pantai pasir putih Pulau Nusakambangan.
Menurutnya, dalam jarak sekitar 50 meter dari garis pantai, ia melihat Sang
Ratu menaiki kereta kencana yang di iringi ratusan pengawalnya. Ia melihat gaun
Sang Ratu sangat panjang yang membentang dibelakangnya.
Meski ia
melihat mahkota di atas kepalanya Sang Ratu, tetapi wajahnya hanya terlihat
dari samping. Penampakan yang ia saksikan sekitar jam 20.00 malam disusul
dengan hilangnya kesadaran selama hampir satu minggu. Syukurlah, sejumlah Kyai
berhasil menyembuhkannya.
Kedua, kesaksian Ahmad Durriati (70 thn),
warga kotagede, Yogyakarta. Pengalaman pertama saat ia bersama putranya sedang
mengadakan tirakat di pantai Parang Tritis. Menjelang tengah malam, suatu
penampakan luar biasa ia saksikan yakni bangunan tembok setinggi sekitar 5
meter yang membentang sepanjang pantai.
Jaraknya
kurang lebih 20 meter dari garis pantai. Di beberapa bagian bangunan tembok
yang mirip benteng itu, ia dan putranya melihat sejumlah orang yang berada di
atasnya, seperti sedang dalam posisi berjaga. Penjaga yang tegak berdiri dengan
tombak ditangannya.
Pengalaman
kedua terjadi saat ia sakit keras sehingga berada dalam kondisi koma. Dalam
ketidaksadarannya itu, ia seolah berada dalam kerajaan Roro Kidul. Disana, ia
melihat orang-orang yang sedang sibuk bekerja mendirikan tembok-tembok bangunan
layaknya sedang ada pembangunan.
Uniknya,
para pekerja memiliki ekspresi wajah memelas, seperti hendak meminta tolong.
Mereka seperti bekerja dalam suasana keterpaksaan. Mereka bertelanjang dada
dengan hanya mengenakan celana panjang lusuh. Selain itu, sejumlah pria
berwajah bengis berdiri mengawasi para pekerja. Boleh jadi para pekerja itu
adalah orang-orang yang ketika hidupnya kerap meminta pesugihan.
Selanjutnya,
Ahmad Durriati menceritakan saat bertatap muka dengan Roro Kidul. Menurutnya,
Sang Ratu duduk di atas kursi singgasana yang lantainya berkedudukan lebih
tinggi dari tempat ia duduk. Sejumlah dayang-dayang berdiri sambil membawa
kipas.
Kemudian
Sang Ratu memberinya sebuah nasehat yang bermakna tauhid. ‘’Mintalah
segala sesuatu kepada Tuhanmu. Jangan meminta sesuatu apapun kepada saya,
karena saya tidak berhak memberikannya. Apabila ada manusia yang meminta
sesuatu kepada saya. Sebenarnya tidak pernah sekalipun saya memberikannya.
Kalau ada manusia yang memuja saya dan meminta sesuatu kepada saya, maka yang
memberikan permintaannya adalah dari kalangan warga kerajaan yang memang hendak
menyesatkan manusia.’’ Demikian kata Kanjeng Ratu Roro kidul.
Sebuh
nasehat tauhid yang boleh jadi meruntuhkan semua anggapan bahwa Kanjeng Ratu
Roro Kidul sering mengabulkan permintaan manusia yang minta berkah dan
pesugihan darinya.
Menurut
Ahmad Durriati, apa yang ia alami dalam kondisi koma itu seperti sebuah
pemberitahuan bahwa pemujaan dan minta pesugihan hanya sebuah kesia-siaan yang
hanya menjatuhkan diri dalam kemusyrikan.
Kalapun
ada manusia yang berhasil memperoleh harta atau kedudukan dari hasil pesugihan,
itu tidak lebih dari pemberian syetan yang memang bertugas menyesatkan manusia.
Dalam
akhir perjumpaannya, Ahmad Durriati diberi pilihan antara kembali ke
keluarganya atau tetap tinggal di kerajaan Laut Selatan. Ahmad memilih yang
pertama. Kemudian Sang Ratu mengangkat tongkat dan memukul pundaknya. Seketika
ia tersentak dan sadar dari kondisi koma yang ia alami selama beberapa hari.
Dari
uraian di atas, dapat diambil kesimpulan: pertama, sosok Kanjeng Ratu
Roro Kidul tidak pernah ada. Ia hanya dongeng yang beredar secara turun
temurun. Sebuah cerita yang tentunya dihasilkan begawan sastra yang sangat
mumpuni dalam mengolah bahan cerita.
Kedua, Sosok Kanjeng Ratu Roro Kidul
benar-benar ada. Ia bisa saja berasal dari jenis manusia yang menjadi siluman
atau termasuk bangsa jin. Asal daerah pun bisa dari tanah Jawa atau dari luar
Jawa.
Berdasarkan
pengalaman Ahmad Durriati, kemungkinan Kanjeng Ratu Roro Kidul tergolong jin
Muslim yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Labels: RATU KIDUL 2